• home

Berbuat Mesum di Bioskop Umum



Pembaca ,Vina dengan iri memandangi para penonton di bisokop itu yg sedang berduaan dengan pacarnya , sedangkan ia duduk di runag tunggu ini sendirian tanpa ada seorangpun yang menemani.

Beberapa hari yang lalu vina mendengar klo pacarnya selingkuh dengan kawan baiknya , awalnya vina ga percaya , namun kemarin ia melihat dengan mata kepalanya sendiri dan dengan perasaan sakit hati , ia langsung memutuskan hubungan dengan pacarnya.

Hari ini ia merasa suntuk dan bete dirumah , maka ia memutuskan untuk pergi saja ke bioskop sendirian , kebetulan film yg ia tunggu sudah diputar di bioskop.


Vina bersiap pergi ke bisokop , ia bercermin untuk terakhir kalinya, cermin di kamarnya memantulkan sosok wajah cantik, dengan tank top biru muda menutup tonjolan di dada yg cukup besar , rok mini denim , memeperlihatkan keahlusan dan kemulusan kaki seorang gadis belia . puas dengan penampilannya ia pun segera pergi ke bioskop.

Di dalam ruang teater , suasananya cukup penuh , karena ini adalah pemutaran perdana alias premiere.

Vina menempati tempat duduknya , dan sementara film belum mulai diputar , pikiran vina melayang , memikirkan tentang mantannya dan masa masa indah dulu.

“maaf…permisi mbak …numpang lewat…….” sebuah suara mengaggetkan vina.

seorang pria tampan tampak tersenyum pada vina , tatapan pria itu menimbulkan perasaan aneh pada diri vina.

“ooh..ya ..maaf…” kata vina tersadar dan memberi jalan untuk pria itu lewat, dan ternyata pria itu duduk tepat disebelahnya.

setelah duduk pria itu kembali menatap vina,, tersenyum dan mengucapkan terima kasih, perasaan aneh pada diri vina kembali muncul, entah apa…. vina tak mau terlalu ambil pusing , film sudah dimulai.

Film sudah berjalan setengahnya , saat vina merasakan ada yg menyentuh lengannya, ia menoleh dan melihat pria itu sedang mengelus elus lengan vina tapi tatapan matanya tetap pada layar.

Vina bisa saja marah dan memaki maki pria kurang ajar itu , namun entah mengapa ia membiarkan pria itu mengelus elus lengannya.

merasa tak ada penolakan dari vina , pria itu terus mengelus elus lengan vina, sambil terus menatap pada layar.

Vina sendiri hanya terdiam nafasnya seolah terhenti , ia tak bisa ( atau tak mau) menolak perlakuan pria itu , ia malah memejamkan mata seolah menikmati sentuhan demi sentuhan yg dilakukan oleh pria disebelahnya. Getaran getaran di tubuhnya terasa semakin kuat.

Vina segera membuka mata dan tubuhnya bagai kena sengatan listrik saat ia merasakan tangan pria itu melewati lengannya dan menyentuh buah dadanya, awalnya hanya sentuhan sentuhan kecil , namun ketika kembali tak ada reaksi penolakan dari vina , sentuhan pria ini berubah menjadi remasan remasan yg membangkitkan bbirahi vina.

Dengan sedikit takut vina menoleh ke penonton di sebelahnya , ternyata org itu serius menonton.

Pria asing itu terus menerus meremas buah dada vina, menyebabkab puting vina perlahan mengeras tanda vina sudah sangat terangsang.

Pria itu sepertinya tahu hal itu , maka dengan berani tangannya menelusup masuk ke balik tank top vina dan menyentuh langsung buah dada itu.

tiba tiba handphone penonton disebelah berbunyi , membuat pria itu dengan segera menarik tangannya dan duduk manis seolah tak ada apa apa.

Vina sendiri masih bingung apa yg terjadi , ia sama sekali tak kenal pria ini tapi …kenapa ia membiarkan pria itu berbuat kurang ajar padanya , membiarkan menyentuh tubuhnya , bahkan saat ini birahi vina semakin naik dan berharap pria ini kembali menyentuhnya.

Setelah beberapa menit , Vina merasakan ada yag menelusup masuk ke balik rok pendeknya, mengelus elus paha mulusnya.

Vina hanya menarik nafas panjang sambil menatap pria itu, dan seperti sebelumnya sambil menyentuh vina pandangan pria itu masih terarah pada layar.

Vina mengerang tertahan saat sentuhan pria itu tiba di bagian sensitifnya , jari jari pria itu bergerak menggeliitk dengan gerakan putaran, tanpa sadar vina semakin melebarkan kakinya.


VIna semakin terangsang dengan sentuhan erotis pria itu , vaginanya sudah mulai basah.

bahkan dalam diri vina ingin membalas perlakuan pria itu , dan menyetuh penisnya , ia seolah ingin penis pria itu masuk ke mulutnya.

Vina memandang pria itu , yg ternyata juga sedang memandangi vina.

Mereka berdua saling berpandangan cukup lama , sampai akhirnya pria itu tersenyum dan bangkit sambil menarik tangan vina untuk ikut dengannya , vina sendiri dengan patuh ikut dengannya.

Dengan berdebar debar penuh gairah , vina mengikuti pria itu dan masuk ke toilet wanita, saat itu toilet sedang kosong.

Setelah mengunci pintu , mereka berciuman dengan ganasnya seolah mereka sepasang kekasih yg telah lama tidak bertemu.

Pria itu menarik pinggang Vina dan merangkul erat tubuh molek gadis itu , vina bisa merasakan tonjolan penis pria itu menyentuhnya.

Ciuman mereka semakin ganas , lidah merak saling menyapu , pandangan mata mereka memancarkan gairah yg tak tertahankan.

Sambil terus berciuman, tangan pria itu beraksi di balik tank top vina , dan meremas remas nya sedikit keras, sampai akhirnya pria itu melepas tank top itu.

Pria itu menggemgam bulatan buah dada vina, menurunkan kepalanya dan mulai menjliati buah dada yg indah itu.

Ia menjilati puting vina dengan ujung lidah , meniupnya pelan , membuat vina bergidik dan geli, dilanjutkan dengan mengulum dan menyedot buah dada itu , lidahnya bergerak gerak memutar , membuat vina merintih nikmat , meresapi sensasi sensual ini.


Vina kemudian menurunkan tubuhnya membuka kancing celana pria itu dan menurunkannya.

Pria itu hanya tersenyum menatap vina , saat vina juga menurunkan celana dalam yg mengurung penisnya.

Tak membuang waktu , Vina menggengam penis itu ,menjliati dan mengulumnya sehingga makin mengeras.

Vina bisa merasakan denyutan penis itu saat beraksi dengan jilatannya. Ujung kepala penis itu vina jilati memutar dengan lidahnya lalu kemudian dikulumnya beberapa saat dan diulang kembali, terus sampai vina semakin kuat menyedotnya.

nafas pria itu terdengar semakin berat menahan birahi.

Denyutan penis itu dirasakan vina semakin kentara saat tak lama kemudian memuntahkan isinya , langsung masuk ke tenggorokan vina.

Semburan spermanya ternyata cukup banyak ,vina tak mampu menelan semuanya , sebagian menetes diantara bibirnya yg manis. tanpa merasa jijik vina menelan cairan asin itu dan menjilati sisa sia yg menempel di penis pria itu.

“giliran saya…” kata pria itu samil mendorong vina ke dinding.

Pria itu melepaskan rok mini vina dan tentu saja bersama dalamannya.

Pria itu menciumi pangkal paha vina , menjilatinya , memainkan lidahnya di bibir vagina dan clitnya membuat vina tersiksa oleh kenikmatan.

Jilatan lembut pria itu diselingi dengan sedotan sedotan yg membuat vina makin menggelinjang tak tertahankan, mengetahui vina sudah terangsang tak tertahankan. pria itu berdiri dan tanpa basi basi langsung menusuk vagina itu dengan penisnya.

“aaaauhhhhhwhw….” vina mengerang saat penis itu menerobos masuk ,untuk memudahkan pria itu mengangkat kedua kaki vina dan kemudian mulai mendorong dorong keras penisnya masuk semakin dalam.

vina tak bisa menahan erangannnya , mulutnya terus merintih dan mengerang menikmati serangan demi serangan.

tiba tiba si pria mencabut kembali penisnya , membalikan tubuh vina , sedikit dibungkukkan dan menembusnya kembali dari belakang.

vina kemudian menyadari dalam posisi seperti ini , ia tak mungkin mencapai orgasme , maka ia memaksa pria itu mencabut kembali penisnya , mendorongnya duduk di toilet, dan vina naik ke atasnya.

VIna mencari posisi yg tepat ,, hingga penis pria itu kembali menembusnya .

posisi seperti itu ternyata menguntungkan juga bagi pria itu , ia bbisa meremas buah dada yg menggemaskan itu . setiap vina bergerak buah dadanya turut bergoyang menggoda.

Butuh waktu yg agak lama sampai akhirnya mereka mencapai puncak dari kenikmatan permainan mereka.

Setelah puas mereka kembali berpakaian dan secara terpisah kembali ke tempat duduk masing masing ,

dan saat film usai . si pria asing itu tersenyum pada vina dan menjatuhkan sebuah kartu nama pada pangkuan vina.

Vina membaca nama dan alamat di kartu nama itu dan berpikir apakah ia akan menemui orang asing itu lagi , dan berpikr kira kira…permainan seru apalagi yg akan ia jalani bersama pria itu..?

entah……..namun vina berpikir spertinya menarik…dan akan sangat menyenangkan.



from cerita sex indonesia

SEMAKIN AKRAB DENGAN MAHASISWI BUNGA KAMPUS



Sore itu aku baru pulang dari rumah temanku. Karena perjalanan pulang melewati kampusku, maka sekalian aku menyempatkan diri untuk mampir ke sana dengan tujuan melihat nilai UTS-ku dan mencatat jadwal SP (Semester Pendek). Kumasuki halaman kampus dan kuparkirkan sepeda motor Honda Vario ku. Saat itu waktu telah menunjukkan jam 17.35, di tempat parkir pun hanya terlihat 3-4 kendaraan. Aku segera memasuki gedung fakultasku, di sana lorong-lorong sudah gelap hanya diterangi beberapa lampu downlight, sehingga suasananya remang-remang, terkadang timbul perasaan ngeri di gedung tua itu sepertinya hanya aku sendirian, bahkan suara, langkah kakiku menaiki tangga pun menggema. Akhirnya sampai juga aku di tingkat 4 dimana pengumuman hasil ujian dan jadwal SP dipasang.

Ketika aku sedang melihat hasil UTS-ku dari lantai bawah sekonyong-konyomg terdengar langkah pelan yang menuju ke sini. Sadar atau tidak kurasakan bulu kudukku berdiri dan membayangkan makhluk apa yang nantinya akan muncul. Ah konyol, kubuang pikiran itu jauh-jauh, hantu mana mungkin terdengar bunyi langkahnya. Suara langkah itu makin mendekat dan akhirnya kulihat sosoknya, oohh, ternyata lain dari yang kubayangkan, yang muncul ternyata seorang gadis cantik. Aku pun mengenalnya walaupun tidak kenal dekat, dia adalah mahasiswi yang pernah sekelas denganku dalam salah satu mata kuliah, namanya Vita, orangnya tinggi langsing, pahanya jenjang dan mulus, buah dadanya pun membusung indah, kuperkirakan ukurannya 34B, dipercantik dengan rambut panjang kemerahan yang dikuncir ke belakang dan wajah oval yang putih mulus. Dia juga termasuk salah satu bunga kampus.

“Hai.. sore, mau lihat nilai ya?” tanyaku berbasa-basi.
“Iya, kamu juga ya?” jawabnya dengan tersenyum manis.
Aku lalu meneruskan mencatat jadwal SP, sementara dia sedang mencari-cari NRP dan melihat hasil ujiannya.
“Sori, boleh pinjam bolpoin dan kertas? gua mau catat jadwal nih,” tanyanya.
“Ooo, boleh, boleh gua juga udah selesai kok,” aku lalu memberikannya secarik kertas dan bolpoinku.
“Eh, omong-omong kamu kok baru datang sekarang malam-malam gini, nggak takut gedungnya udah gelap gini?” tanyaku.
“Iya, sekalian lewat aja kok, jadi mampir ke sini, kamu sendiri juga kok datang jam segini?”
“Sama nih, gua juga baru pulang dari teman dan lewat sini, jadi biar sekali jalanlah.”

Kami pun mulai mengobrol, dan obrolan kami makin melebar dan semakin akrab. Hingga kini belum ada seorang pun yang terlihat di tempat kami sehingga mulai timbul pikiran kotorku terlebih lagi hanya ada sepasang pria dan wanita dalam tempat remang-remang. Aku mulai merasakan senjataku menggeliat dan mengeras. Kupandangi wajah cantiknya, wajah kami saling menatap dan tanpa sadar wajahku makin mendekati wajahnya. Ketika semakin dekat tiba-tiba wajahnya maju menyambutku sehingga bibir kami sekarang saling berpagutan. Tanganku pun mulai melingkari pinggangnya yang ramping. Sekarang mulutnya mulai membuka dan lidah kami saling beradu, rupanya dia cukup ahli juga dalam berciuman, nampaknya ini bukan pertama kalinya dia melakukannya. Wangi parfum dan desah nafasnya yang sudah tidak beraturan meningkatkan gairahku untuk berbuat lebih jauh, tanganku kini mulai turun meremas-remas pantatnya yang montok dan berisi, dia juga membalasnya dengan melepas kancing kemejaku satu persatu. Tiba-tiba aku sadar sedang di tempat yang salah, segera kulepas ciumanku.

“Jangan di sini, gua tau tempat aman, ayo ikut gua!”
Kuajak dia ke lantai 3, kami menelusuri koridor yang remang-remang itu menuju ke sebuah ruangan kosong bekas ruangan mahasiswa pecinta alam, sejak team pecinta alam pindah ke ruang lain yang lebih besar ruangan ini dikosongkan hanya untuk menyimpan peralatan bekas dan sering tidak dikunci. Kubuka pintu dan kutekan saklar di tembok, ruangan itu hampir tidak ada apa-apa, hanya sebuah meja dan kursi kayu jati yang sandarannya sudah bengkok, beberapa perkakas usang, dan sebuah matras bekas yang berlubang.

Segera setelah tombol kunci kutekan, kudekap tubuhnya yang sedang bersandar di tepi meja. Sambil berciuman tangan kami saling melucuti pakaian masing-masing. Setelah kulepas tank top dan branya, kulihat tubuh putih mulus dengan payudara kencang dan putingnya yang kemerahan. Saat itu aku dan dia sudah topless tinggal memakai celana panjang saja. Kuarahkan mulutku ke dada kanannya sementara tanganku melepas kancing celananya lalu mulai menyusup ke balik celana itu. Kurasakan kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan sudah becek oleh cairan kenikmatan. Puting yang sudah menegang itu kusapu dengan permukaan kasar lidahku hingga dia menggelinjang-gelinjang disertai desahan. Dengan jari telunjuk dan jari manis kurenggangkan bibir kemaluannya dan jari tengahku kumainkan di bibir dan dalam lubang itu membuat desahannya bertambah hebat sambil menarik-narik rambutku.

Akhirnya dengan perlahan-lahan kuturunkan celana beserta celana dalamnya hingga lepas. Kubuka resleting celanaku lalu kuturunkan CD-ku sehingga menyembullah senjata yang dari tadi sudah mengeras itu. Tangannya turut membimbing senjataku memasuki liang vaginanya, setelah masuk sebagian kusentakkan badanku ke depan sehingga dia menjerit kecil. Aku mulai menggerakkan badanku maju mundur, semakin lama frekuensinya semakin cepat sehingga dia mengerang-erang keenakan, tanganku sibuk meremas-remas payudara montoknya, dan lidahku menjilati leher dan telinganya. Aku terus mendesaknya dengan dorongan-dorongan badanku, hingga akhirnya aku merasakan tangannya yang melingkari leherku makin erat serta jepitan kedua pahanya mengencang. Saat itu gerakanku makin kupercepat, erangannya pun bertambah dahsyat sampai diakhiri dengan jeritan kecil, bersamaan dengan itu kurasakan pula cairan hangat menyelubungi senjataku dan spermaku mulai mengalir di dalam rahimnya. Kami menikmati klimaks pertama ini dengan saling berpelukan dan bercumbu mesra.

Tiba-tiba terdengar suara kunci dibuka dan gagang pintu diputar, pintu pun terbuka, ternyata yang masuk adalah Pak Atmo, kepala karyawan gedung ini yang juga memegang kunci ruangan, orangnya berumur 50-an keatas, rambutnya sudah agak beruban, namun badannya masih gagah. Kami kaget karena kehadirannya, aku segera menaikkan celanaku yang sudah merosot, Vita berlindung di belakang badanku untuk menutupi tubuh telanjangnya.

“Wah, wah, wah saya pikir ada maling di sini, eh.. ternyata ada sepasang kekasih lagi berasik ria!” katanya sambil berkacak pinggang.
“Maaf Pak, kita memang salah, tolong Pak jangan bilang sama siapa-siapa tentang hal ini,” kataku terbata-bata.
“Hmm.. baik saya pasti akan jaga rahasia ini kok, asal..”
“Asal apa Pak?” tanyaku.
Orang tua itu menutup pintu dan berjalan mendekati kami.
“Asal saya boleh ikut merasakan si cewek ini, he.. he.. he..!” katanya sambil terus mendekati kami dengan senyum mengerikan.
“Jangan, Pak, jangan!”

Dengan wajah pucat Vita berjalan mundur sambil menutupi dada dan kemaluannya untuk menghindar, namun dia terdesak di sudut ruangan. Kesempatan itu segera dipakai Pak Atmo untuk mendekap tubuh Vita. Dia langsung memegangi kedua pergelangan tangan Vita dan mengangkatnya ke atas. “Ahh.. jangan gitu Pak, lepasin saya atau.. eemmhh..!” belum sempat Vita melanjutkan perkataannya, Pak Atmo sudah melumat bibirnya dengan ganas. Sekarang Vita sudah mulai berhenti meronta sehingga tangan Pak Atmo sudah mulai melepaskan pegangannya dan perlahan-lahan mulai turun ke payudara kanan Vita lalu meremas-remasnya dengan gemas. Entah mengapa dari tadi aku hanya diam saja tanpa berbuat apa-apa selain bengong menonton adegan panas itu, sangat kontras nampaknya Vita yang berparas cantik itu sedang digerayangi oleh Pak Atmo yang tua dan bopengan itu, seperti beauty and the beast saja, dalam hati berkata, “Dasar bandot tua, sudah ganggu acara orang masih minta bagian pula.”

Ciuman Pak Atmo pada bibir Vita kini mulai merambat turun ke lehernya, dijilatinya leher jenjang Vita kemudian dia mulai menciumi payudara Vita sambil tangannya mengobok-obok liang vagina Vita. Diperlakukan seperti itu Vita sudah tidak bisa apa-apa lagi, hanya pasrah sambil mendesah-desah, “Pak.. aakhh.. jangan.. eemmhh.. sudah Pak!” Setelah puas “menyusu” Pak Atmo mulai menjelajahi tubuh bagian bawah Vita dengan jilatan dan ciumannya. Setelah mengambil posisi berjongkok Pak Atmo mengaitkan kaki kanan Vita di bahunya dan mengarahkan mulutnya untuk mencium kemaluan yang sudah basah itu sambil sesekali menusukan jarinya. Sementara Pak Atmo mengerjai bagian bawah, aku melumat bibirnya dan meremas buah dadanya yang montok itu, putingnya yang sudah tegang itu kupencet dan kupuntir.

Masih tampak jelas warna kemerahan bekas gigitan dan sisa-sisa ludah pada payudara kirinya yang tadi menjadi bulan-bulanan Pak Atmo. Tak lama kemudian kurasakan dia mencengkram lenganku dengan keras dan nafasnya makin memburu, ciumannya pun makin dalam. Rupanya dia mencapai orgasme karena oral seks-nya Pak Atmo dan kulihat Pak Atmo juga sedang asyik menghisap cairan yang keluar dari liang senggamanya sehingga membuat tubuh Vita menegang beberapa saat dan dari mulutnya terdengar erangan-erangan yang terhambat oleh ciumanku. Sekarang aku membuat posisi Vita menungging di matras yang kugelar di lantai. Kesetubuhi dia dari belakang, sambil meremas-remas pantat dan payudaranya. Pak Atmo melepaskan pakaiannya hingga bugil, kemudian dia berlutut di depan wajah Vita. Tanpa diperintah Vita segera meraih penis yang besar dan hitam itu, mula-mula dijilatinya benda itu, dikulumnya buah pelir itu sejenak lalu dimasukkannya benda itu ke mulutnya. Pak Atmo mendengus dan merem melek kenikmatan oleh kuluman Vita, dia menjejali penis itu hingga masuk seluruhnya ke mulut Vita.

Vita pun agak kewalahan diserang dari 2 arah seperti ini. Beberapa saat kemudian Pak Atmo mengeluarkan geraman panjang, dia menahan kepala Vita yang ingin mengeluarkan penisnya dari mulutnya, sementara aku makin mempercepat goyanganku dari belakang. Tubuh Vita mulai bergetar hebat karena sodokan-sodokanku dan juga karena Pak Atmo yang sudah klimaks menahan kepalanya dan menyeburkan spermanya di dalam mulut Vita, sangat banyak sperma Pak Atmo yang tercurah sampai cairan putih itu meluap keluar membasahi bibirnya, jeritan klimaks Vita tersumbat oleh penis Pak Atmo yang cukup besar sehingga dari mulutnya hanya terdengar, “Emmpphh.. mm.. hmmpphh..” tangannya menggapai-gapai, dan matanya terbeliak-beliak nikmat.

Kemudian Pak Atmo melepas penisnya dari mulut Vita, lalu dia berbaring telentang dan menyuruh Vita memasukkan penis yang berdiri kokoh itu ke dalam vaginanya. Sesuai perintah Pak Atmo, dia menduduki dan memasukkan penis Pak Atmo, ekspresi kesakitan nampak pada wajahnya karena penis Pak Atmo yang besar tidak mudah memasuki liang vaginanya yang masih sempit, Pak Atmo meremas-remas payudara Vita yang sedang bergoyang di atas penisnya itu. Aku lalu memintanya untuk membersihkan barangku yang sudah belepotan sperma dan cairan kemaluannya, ketika penisku sedang dijilati dan dikulum olehnya, kutarik ikat rambutnya hingga rambutnya tergerai bebas. “Wah cantik banget si Mbak ini, mana memeknya masih sempit lagi, benar-benar beruntung saya malam ini,” kata Pak Atmo memuji Vita. “Dasar muka nanas, kalo dia pacar gua udah gua hajar lo dari tadi!” gerutuku dalam hati.

Setelah penisku dibersihkan Vita, kuatur posisinya tengkurap di atas Pak Atmo, dan kumasukkan penisku ke duburnya, sungguh sempit liang anusnya itu hingga dia menjerit histeris ketika aku berhasil menancapkan penisku di sana. Kami bertiga lalu mengatur gerakan agar dapat serasi antara penis Pak Atmo di vaginanya dan penisku di anusnya. Aku menghujam-hujamkan penisku dengan ganas sambil meremas-remas payudara dan pantatnya juga sesekali kujilati lehernya. Sementara Pak Atmo juga aktif memainkan payudara yang hanya beberapa sentimeter dari wajahnya itu. Tak lama kemudian Vita menjerit keras, “Akkhh..!” tubuhnya menegang dan tersentak-sentak lalu terkulai lemah menelungkup, begitu tubuhnya rebah langsung disambut Pak Atmo dengan kuluman di bibirnya. Aku dan Pak Atmo melepas penis kami dan berdiri di depan Vita secara bergantian dia mengulum dan mengocok penis kami hingga sperma kami muncrat membasahi wajahnya.

Tubuh kami bertiga sudah bersimbah keringat dan benar-benar lelah, terutama Vita, dia nampak sangat kelelahan setelah melayani 2 lelaki sekaligus. Sesudah beristirahat sejenak, kami berpakaian kembali. Kami membuat kesepakatan dengan Pak Atmo, untuk saling menjaga rahasia ini, Pak Atmo pun menyetujuinya dengan syarat Vita mau melayaninya sekali lagi kapanpun bila dipanggil, meskipun mulanya dia agak ragu-ragu akhirnya disetujuinya juga. Kami yakin dia tidak berani kelewatan karena dia juga tidak ingin hal ini diketahui keluarganya. Sejak itu kami semakin akrab dan sering melakukakan perbuatan itu lagi meskipun tidak sampai pacaran, karena kami sudah punya pacar masing-masing.

from cerita sex indonesia

Cerita Seks Dewasa Rayuan Ayah Sahabatku

Cerita Seks Dewasa Rayuan Ayah Sahabatku - Bacaan Sex sebelumnya ialah Cerita Seks Dewasa Terbutakan Oleh Nafsu Part I Cerita Sex, Cerita Ngentot, Cerita Dewasa, Cerita Semi, Cerita Panas, Cerita Horny Om Icar, 47 tahun juga cukup dikenal akrab oleh Sindy karena dia sering bertandang di rumah sahabatnya ini. Pada penampilan luarnya Om Icar bertampang simpatik dan malah kelihatan sebagai orang alim, tapi kenapa sampai bisa berhubungan dengan Sindy ini awalnya cukup konyol. Secara kebetulan keduanya saling kepergok di sebuah hotel ketika masing-masing akan melakukan perbuatan iseng. Om Icar saat itu sedang menggandeng seorang pelacur langganan tetapnya dan Sindy saat itu sedang digandeng dr.Budi.

Cerita Seks Dewasa Rayuan Ayah Sahabatku
cerita seks, cerita dewasa, cerita mesum, cerita panas, cerita ngentot

Bercerita Sex  -  Keduanya jelas-jelas bertemu di gang hotel sama-sama tidak bisa mengelak. Tentu saja sama-sama kaget tapi masing-masing cepat bisa bersandiwara pura-pura saling tidak kenal.

Kelanjutan dari itu masing-masing sepakat bertemu dikesempatan tersendiri untuk saling menjelaskan dan membela diri. Bahwa kalau Sindy mengaku hubungannya dengan dr.Budi karena kena bujuk diajak beriseng dan cuma dengan laki-laki itu saja, sedang Om Icar mengaku bahwa dia terpaksa mencari pelarian karena Tante Vera, istrinya, katanya sudah kurang bergairah menjalankan kewajibannya sebagai istri di tempat tidur. Masuk akal bagi Sindy karena dilihatnya Tante Vera yang gemuk itu memang lebih sibuk di luar rumah mengurus bisnis berliannya ketimbang mengurus suami dan keluarganya. Itu sebabnya Asmi, salah satu anaknya juga jadi bebas dan liar di luaran.

Dari pertemuan itu masing-masing nampak sama ketakutan kalau rahasianya terbongkar di luaran. Sindy takut hubungannya dengan dr.Budi didengar orang tuanya sedang Om Icar juga lebih takut lagi nama baiknya jadi rusak. Berikutnya karena kadung sudah saling terbuka kartu masing-masing, keduanya yang berusaha agar saling menutup mulut jangan membuka rahasia ini justru menemukan cara tersendiri yaitu dengan membuat hubungan gelap satu sama lain. Ide ini terlontar oleh Om Icar yang coba merayu Sindy ternyata diterima baik oleh Sindy.

Singkat cerita kesepakatan pun tercapai, cuma ketika menjelang janji bertemu di suatu tempat di mana Om Icar akan menjemput dan membawa Sindy ke hotel, Sindy meskipun melihat tidak ada salahnya mencoba iseng dengan Om Icar tidak urung berdebar juga jantungnya. Tegang karena partner kali ini hubungannya terkait dekat.

Sekali meleset dan terbongkar bisa fatal urusan malunya. Begitu juga waktu sudah semobil di sebelah Om Icar, sempat kikuk malu dia dengan laki-laki yang ayah sahabatnya ini. Pasalnya Om Icar yang sebenarnya juga sama tegang karena kali ini yang dibawa adalah teman dekat anak gadisnya, dia hampir tidak ada suaranya dan pura-pura sibuk menyetir mobilnya sehingga Sindy didiamkan begini jadi salah tingkah menghadapinya.

Tapi waktu sudah masuk kamar hotel dan mengawali dengan duduk ngobrol dulu merapat di sofa, di situ mulai ke luar keluwesan Om Icar dalam bercumbu. Sindy pun mulai lincah seperti biasa pembawaannya kalau sedang menghadapi dr.Budi. Genit manja jinak-jinak merpati membuat si Om tambah penasaran terangsang kepadanya. Waktu itu dengan mesra Om Icar menawarkan makan pada Sindy tapi ditolak karena masih merasa kenyang.

“Aku minta rokoknya Om.. Sindy pengen ngerokok.” pinta Sindy sebagai alternatif tawaran Om Icar.
“Oh ngerokok juga? Iya ada, mari Om yang pasangin. Om nggak tau kalo Sindy juga ngerokok.”
“Cuma sekali-sekali aja, abis deg-degan pergi sama Om ke sini.” jelas Sindy menunjukan kepolosannya.
“Kok sama, Om juga sempat tegang waktu bawa Sindy di mobil tadi, takut kalo ada yang ngeliat.”

Masing-masing sama mengakui apa yang dirasakan selama dalam perjalanan. Sindy mulai menggoda Om Icar.

“Masa udah tegang duluan, kan belum apa-apa Om?” godanya dengan genit.
“Oo yang itu memang belum, tapi jantungnya yang tegang.” jawab Om Icar setelah membakar sebatang rokok buat Sindy yang sudah langsung menjulurkan tangannya, tapi masih belum diberikan oleh Om Icar.
“Mana, katanya mau pasangin buat Sindy?”
“Sebentar, sebelum ngerokok bibirnya Om musti cium dulu..”

Menutup kalimatnya Om Icar langsung menyerobot bibir Sindy memberinya satu ciuman bernafsu, dibiarkan saja oleh Sindy hanya setelah itu dia menggigit bibir malu-malu manja menyandarkan kepalanya di dada Om Icar sambil menyelingi dengan merokok yang sudah diterimanya dari Om Icar. Melihat ini Om Icar semakin berlanjut.

“Bajunya basah keringetan nih, Om bukain ya biar nggak kusut?” katanya menawarkan tapi sambil tangannya yang memeluk dari belakang mulai mencoba melepas kancing baju Sindy.

Lagi-lagi Sindy tidak menolak. Dengan gaya acuh tak acuh sibuk mengisap rokoknya, dia membiarkan Om Icar bekerja sendiri malah dibantu menegakkan duduknya agar kemejanya dapat diloloskan dari lengannya membuat dia tinggal mengenakan kutang saja. Sindy memang sudah terbiasa bertelanjang di depan lelaki, jadi santai saja sikapnya. Tetapi ketika tangan Om Icar menyambung membuka reitsleting belakang rok jeans-nya dan dari situ akan meloloskan rok berikut celana dalamnya, baru sampai di pinggul Sindy menggelinjang manja.

“Ngg.. masak aku ditelanjangin sendiri, Om juga buka dulu bajunya?”
“Iya, iya, Om juga buka baju Om..”

Segera Om Icar melucuti bajunya satu persatu sementara Sindy bergeser duduknya ke sebelah. Berhenti dengan hanya menyisakan celana dalamnya, dia pun beralih untuk meneruskan usahanya melepas rok Sindy. Sekarang baru dituruti tapi juga sama menyisakan celana dalamnya. Tentu saja Om Icar mengerti bahwa Sindy masih malu-malu, dia tidak memaksa dan kembali menarik Sindy bersandar dalam pelukan di dadanya. Di situ dia mulai dengan mengecup pipi Sindy sambil mengusap-usap pinggang bergerak meremas lembut masing-masing pangkal bawah susu si gadis yang masih tertutup kutangnya. Cerita Sex Rayuan Ayah Sahabatku

“Sindy kurus ya Om?” tanya Sindy sekedar menghilangkan salah tingkah karena susunya mulai digerayangi Om Icar.
“Ah nggak, kamu malah bodimu bagus sekali Sin.” jawab Om Icar memuji Sindy apa adanya karena memang tubuh gadis ini betul-betul berlekuk indah menggiurkan.
“Tapi Om kan senengnya sama yang mantep, yang hari itu Sindy liat ceweknya montok banget..”

“Iya tapi orangnya jelek, udah tua. Abisnya nggak ada lagi sih? Maunya nyari yang cakep kayak Sindy gini. Kalo ini baru asyik..” rayu Om Icar sambil kali ini mencoba untuk membuka pengait bra Sindy yang kebetulan terletak di bagian depan.

“Om sih ngerayu. Buktinya belon apa-apa udah bilang asyik duluan?”

“Justru karena yakin maka Om berani bilang gitu. Coba aja pikir, ngapain Om sampe berani ngajak Sindy padahal jelas-jelas udah tau temen baiknya Asmi, ya nggak? Kalo bukan lantaran tau kapan lagi dapet asyik ditemenin cewek secakep Sindy, tentu Om nggak akan nekat gini. Udah lama Om seneng ngeliat kamu Sin.”

Sindy kena dipuji rayuan yang memang masuk akal ini kontan bersinar-sinar bangga di wajahnya. Perempuan kalau terbidik kelemahannya langsung jadi murah hati, segera mandah saja dia membiarkan kutangnya dilepas sekaligus memberikan kedua susu telanjangnya yang berukuran sedang membulat kenyal mulai diremas tangan Om Icar.

“Emangnya, Om seneng sama Sindy sejak kapan? Kayaknya sih Sindy liat biasa-biasa aja?”

“Dari Sindy mulai dateng-dateng ke rumah Om udah ketarik sama cantiknya, cuma masak musti pamer terang-terangan? Tiap kali ngeliat rasanya gemeesss sama kamu..” bicaranya menyebut begitu sambil secara tidak sengaja memilin puting susu di tangannya membuat si gadis lagi-lagi menggelinjang manja.

“Aaa.. gemes mau diapain Om?!”

“Gemes mau dipeluk-pelukin gini, dicium-ciumin gini, atau juga diremes-remesin gini.. sshmmm..” jawab Om Icar dengan memperlihatkan contoh cara dia mendekap erat, mengecup pipi dan meremas susu Sindy.

“Terusnya apalagi?”

“Terusnya yang terakhir ininya.. Apa sih namaya ini?” tanya canda Om Icar yang sebelah tangannya sudah diturunkan ke selangkangan Sindy, langsung meremas bukit vagina yang menggembung dan merangsang itu.

“Itu bilangnya.. vagina.” jawab Sindy dengan menoleh ke belakang sambil menggigit kecil bibir Om Icar. Bahasanya vulgar tapi Om Icar malah senang mendengarnya.
“Iya, kalau vagina Sindy ini dimasukin Om punya, boleh kan?”
“Dimasukin apa Om..?”

“Ini, apa ya bilangnya?” tanya lagi Om Icar dengan mengambil sebelah tangan Sindy meletakkan di jendulan kontolnya.
“Aaa.. ini kan bilangnya kontol.. Dimasukin ini bahaya, kalo hamil malah ketauan orang-orang Om?” Sindy bergaya pura-pura takut tapi tangannya malah meremas-remas jendulan kontol itu.

“Jangan ambil bahayanya, ambil enaknya aja. Nanti Om beliin pil pencegah hamilnya.”
“Tapinya sakit nggak?” tanya Sindy sambil mematikan rokoknya ke asbak.

“Kalo udah dicoba malah enak. Yuk kita pindah ke tempat tidur?” Om Icar mengajak tapi sambil membopong Sindy pindah ke tempat tidur untuk masuk di babak permainan cinta. Di sini Sindy mulai memasrahkan diri ketika tubuhnya mulai digeluti kecup cium dan raba gemas yang menaikan birahi nafsunya.

Sindy sudah pernah begini dengan dr.Budi, caranya hampir sama dan dia senang digeluti laki-laki yang sudah berumur seperti ini. Karena mereka bukan hanya lebih pengalaman tapi juga lebih teliti jika mengecapi tubuh perempuan, apalagi gadis remaja seperti dia. Asyik rasanya menggeliat-geliat, merengek-rengek manja diserbu rangsangan bernafsu yang bertubi-tubi di sekujur tubuhnya.

“Ahahhggg.. gellii Omm.. Sshh.. iihh.. Om sakit gitu.. sssh.. hnggg..”

Mengerang antara geli dan perih tapi dengan tertawa-tawa senang, yang begini justru memancing si Om makin menjadi-jadi. Om Icar yang nampaknya baru kali ini bergelut dengan seorang gadis remaja cantik tentu saja terangsang hebat, hanya saja dia sayang untuk terburu-buru dan masih senang untuk mengecapi sepuas-puasnya tubuh mulus indah yang dagingnya masih padat kencang ini. Dari semula saja dia sudah nekat melupakan bagaimana status hubungannya dengan Sindy apalagi setelah dilanda nafsu tinggi seperti ini.

Anak gadis teman baiknya dan sekaligus sahabat anaknya ini begitu merangsang gairahnya membuat dia jadi terlupa segala-galanya. Sindy yang sudah memberi celana dalamnya diloloskan jadi telanjang bulat sudah rata seputar tubuhnya dijilati dengan rakus. Diberi bagian susunya dihisap saja sudah membuat Om Icar buntu dalam asyik. Sibuk mulutnya menyedot berpindah-pindah diantara kedua puncak bukit yang membulat kenyal lagi pas besarnya itu, lebih-lebih waktu Sindy di bagian terakhir memberikan vaginanya dikecapi mulutnya. Jangan bilang lagi, seperti anjing kelaparan dia menyosor menjilat dan menyedot celah merangsang itu sampai tidak peduli tingkatan kesopanan lagi.

Sahabat anak gadisnya yang biasanya hormat sopan kalau datang ke rumahnya, sekarang santai saja menjambak rambutnya atau mendekap kepalanya mempermainkan seperti bola kalau sosoran mulut rakusnya membuat geli yang terlalu menyengat.

“Ssshh.. aahnggg.. geliii.. Omm..” Om Icar seru memuasi rasa mulutnya yang tentu saja membuat Sindy terangsang tinggi dalam tuntutan birahinya, tapi begitu pun jalan pelepasan yang diberikan si Om betul-betul memuaskan sekali. Pada gilirannya Om Icar merasa cukup dan menyambung untuk mengecap nikmatnya jepitan ketat vagina muda si gadis, di sinilah baru terasa asyiknya kontol ayah sahabatnya.

Sewaktu partama dimasuki, Sindy masih memejamkan mata, dia baru tersadar ketika batang itu sudah setengah terendam di vaginanya. Agak ketat sedikit rasanya. Membuka mata melirik ke bawah, dia langsung bisa mengira-ngira seberapa besar batang itu. “Aahshh..” dia mengerang dengan gemetar kerinduan nafsunya hanya saja tangannya mengerem pinggul Om Icar agar tidak sekaligus tancap masuk.

Meskipun tidak diutarakan Sindy lewat kata-kata tapi Om Icar mengerti maksudnya. Dia meredam sedikit emosinya dan menusuk sambil membor kontolnya lebih kalem. Di situ batang kontol ditahan terendam sebentar untuk membawa dulu tubuhnya turun menghimpit Sindy lalu dari situ dia berlanjut membor sambil mulai memompa pelan naik turun pantatnya. Untuk beberapa saat masuknya batang diterima Sindy masih agak tegang, tapi ketika terasa mulai licin dan sudah mulai bisa menyesuaikan dengan ukuran Om Icar. Dia pun mulai meresapi nikmatnya batang Om Icar.

“Wihhh.. ennaak sekalii!” begitu ketat dan begitu mantap gesekannya membuat Sindy langsung terbuai dengan nikmat sanggama yang baru dibukanya dengan batang kenikmatan Om Icar. Saking asyiknya kedua tangan dan kakinya naik mencapit tubuh Om Icar seolah-olah menjaga agar kenikmatan ini tidak dicabut lepas sementara dia sendiri mulai ikut aktif mengimbangi kocokan kontol dengan putaran vaginanya yang mengocok. Disambut kehangatan begini Om Icar tambah bersemangat memompa, semakin lebih terangsang dia karena Sindy meskipun tidak bersuara tapi gayanya hangat meliuk-liuk setengah histeris.

Bergerak terus dengan tangan menggaruk kepala Om Icar, kakinya yang membelit tidak ubahnya bagai akan memanjat tubuh si Om. Kelihatan repot sekali gerak sanggamanya yang seperti tidak bisa diam itu, apalagi ketika menjelang sampai ke puncak permainan, tambah tidak beraturan Sindy menggeliat-geliat. Sementara itu si Om yang sudah serius tegang juga hampir mencapai ejakulasinya. Cerita Mesum ABG

Beberapa saat kemudian keduanya tiba dalam orgasme secara bersamaan. Sindy yang mulai duluan dengan memperketat belitannya. “Aduuhh.. ayyuhh.. Omm.. shh.. ahgh.. iyya.. duhh.. aahhh.. hgh.. aaahh.. aeh.. ahduhh.. sshhh Om.. hheehh.. mmhg.. ayoh.. Sin..” saling bertimpa kedua suara masing-masing mengajak untuk melepas seluruh kepuasan dengan sentakan-sentakan erotis. Sama-sama mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dalam jumpa pertama ini, sehingga ketika mereda keduanya pun menutup dengan saling mengecup mesra, gemas-gemas sayang tanda senangnya.

Begitu nafas mulai tenang, Sindy memberi isyarat menolak tubuh Om Icar meminta lepas, tapi sementara si Om berguling terlentang di sebelah, dia sudah mengejar, memeluk dengan memegang batangnya dan merebahkan kepalanya di dada Om Icar. Meremas-remas gemas sambil memandangi batang yang masih mengkilap lengket itu.

“Bandel nihh.. maen nyodok aja?” komentar Sindy sambil menarik kontol Om Icar.
“Abis kamunya juga bikin penasaran aja sih?” balas Om Icar dengan tangannya merangkul leher bermain lagi di susu Sindy.
“Om seneng ya sama aku?”
“Oo.. jelas suka sekali Sayaang.. Abis, kamu memang cantik, vaginanya juga enak sekali..” kali ini dagu Sindy diangkat, bibirnya digigit gemas oleh Om Icar.

Sindy langsung bersinar bangga dengan pujian itu. Itu pembukaan hubungan gelap mereka yang sejak itu berlangsung secara sembunyi-sembunyi dengan jadwal rutin karena masing-masing seperti merasa ketagihan satu sama lain. Om Icar jelas senang dengan teman kencan yang cantik menggiurkan ini. Permainan selalu memilih tempat di hotel di luar kota tapi sekali pernah Sindy mendapat pengalaman yang unik serta konyol di rumah Om Icar sendiri.

Suatu hari Tante Vera sedang berbisnis ke luar kota ketika Sindy datang bertandang siang itu untuk menemui Asmi. Kedua gadis itu memang membuat janji akan jalan-jalan ke mall sore nanti tapi karena waktunya masih jauh, Asmi mempergunakannya untuk keluar rumah sebentar. Om Icar yang membuka pintu dan dia sendiri ketika melihat ada peluang yang baik langsung memanfaatkannya, karena begitu Sindy masuk sudah disambut dengan telunjuk di bibir memaksudkan agar Sindy tidak bersuara. Sindy sempat heran tapi ketika digandeng ke kamar Om Icar dia kaget juga, segera mengerti tujuannya.

“Iddihh Om nekat.. nanti ketauan Om.. Asmi memangnya ke mana?” katanya tapi dengan nada berbisik panik.
“Sst tenang aja.. Kita aman, Asmi lagi pergi sebentar, Tante lagi keluar kota sedang Hari lagi tidur..” jelas Om Icar. Hari adalah adik laki-laki Asmi yang duduk di kelas III SMP. Masih ada seorang lagi adik Asmi bernama Hendi yang duduk di kelas I SMA tapi dia tinggal dengan neneknya di Malang.

“Iya tapi gimana kalo Asmi dateng Om?”
“Kan nggak ada yang tau kalau Sindy udah di sini. Mereka nggak bakalan berani masuk kamar Om. Acaramu kan Om denger masih nanti malem, kita bikin sebentar di sini yaa?”
“Tapi Om.?”

“Udahlah di sini aja dulu, Om mau ke luar sebentar. Tuch denger, kayaknya Hari udah bangun. Nih, Om tebus waktumu untuk jajan-jajan sama Asmi nanti,” kata Om Icar langsung memotong protes Sindy dengan mengulurkan sejumlah uang yang cepat diambilnya dari dompetnya untuk membujuk Sindy.

Setelah itu segera dia keluar kamar meninggalkan Sindy yang karena merasa sudah terjebak terpaksa tidak berani keluar takut kepergok Hari. Melirik uang yang digenggamnya sepeninggal Om Icar, hati Sindy menjadi lunak lagi karena si Om memang pintar mengambil hati dan selalu royal memberi jumlah yang cukup menghibur. Meskipun begitu dia menguping dari balik pintu mendengarkan situasi di luar dengan hati berdebar tegang.

“Pak, barusan kayaknya ada yang dateng kedengeran pintu kebuka?” terdengar suara Hari menanyai ayahnya.
“Ah nggak ada siapa-siapa kok, barusan memang Bapak yang buka pintu.”

Baru saja sampai percakapan ini, tiba-tiba terdengar suara motor Asmi memasuki pekarangan. Tidak lama kemudian dia masuk ke rumah dan terdengar menanyai adiknya.

“Har, barusan Mbak Sindy singgah ke sini nggak?”
“Nggak tau, aku juga baru bangun..”
“Oh ya? Padahal Mbak Asmi singgah barusan ke rumahnya, Mamahnya bilangnya ke sini?”

“Ya mungkin aja Sindy tadi ke sini tapi ngira kamu nggak ada, jadi pergi ke tempat lain dulu.” kali ini Om Icar ikut menimbrung pembicaraan.
“Iya tapi aku ada janji sama dia nanti sore-sorean.”
“Oo.. kalo gitu paling-paling sebentar juga ke sini.” putus Om Icar menghibur anaknya.

Hening sebentar dan tidak lama kemudian terdengar suara Om Icar memesan kedua anaknya agar jangan ada tamu atau telepon yang mengganggunya karena dia beralasan agak tidak enak badan dan akan tidur siang. Sesaat setelah itu dia pun masuk disambut Sindy yang bersembunyi di balik pintu langsung mencubit gemas lengannya tapi tidak bersuara, geli dengan sandiwara yang barusan didengarnya.

Om Icar tersenyum dan menggayut pinggang Sindy, menggandengnya ke tempat tidur. Sindy menurut karena tahu kalau menolak maka Om Icar akan membujuknya terus, daripada berlama-lama lebih baik memberi saja agar waktunya lebih cepat selesai. Langsung diikutinya ajakan Om Icar untuk membuka bajunya, hanya saja masih bingung jika permainan telah usai.

“Tapi nanti aku ke luar dari sininya gimana Om..?” tanyanya sambil menyampirkan celana dalamnya sebagai kain penutup terakhirnya yang dilepas.
“Gampang, Om pura-pura aja nyuruh mereka berdua keluar beli makanan, di situ Sindy bisa aman keluar dari sini.”
“Ngg.. Om bisa aja akalnya..” Sindy sedikit lega.

“Om kalo mikirin yang itu sih gampang. Sekarang yang Om pikirin justru ngeluarin isinya barang ini yang enak gimana caranya.” timpal Om Icar seraya mendekatkan tubuhnya yang sudah sama bertelanjang bulat dan mengambil tangan Sindy untuk diletakkan di batang kontolnya yang masih menggantung lemas.

Sindy malu-malu manja tapi tangannya langsung menangkap batang itu, menarik-narik, melocoknya dengan genggaman kedua tangannya sambil memandangi benda itu.

“Yang enak tuh kayak apa sih?” godanya mulai bersikap manja-manja genit.
“Yang enaknya.. ya jelas pake ini Sin.” jawab Om Icar balas menjulurkan tangannya meremas selangkangan Sindy.
“Iddihh si OOm.. pengennya yang itu aja?” Sindy pura-pura jual mahal.
“Abisnya barang enak, jelas kepengen Sin..” kata Om Icar sambil mulai mengajak Sindy berciuman.

Sindy memang memberi bibirnya tapi dia masih kelihatan setengah hati untuk balas melumat hangat, terlebih ketika akan diajak naik tempat tidur dia seperti merasa berat.

“Nggak enak ah Om, sungkan aku itu tempat tidurnya Tante..” katanya mengutarakan perasaannya yang tidak enak untuk bermain cinta di tempat tidur keluarga itu. Om Icar rupanya bisa mengerti perasaan Sindy, dia tidak memaksa tapi menoleh sekeliling sebentar dan cepat saja menemukan cara yang lain.

“Ya udah kalo gitu kita bikin sambil berdiri aja. Sini Om yang atur, ya?” katanya sambil membawa Sindy ke arah kaki tempat tidur dan menyandarkan tubuh Sindy di palang-palang besi tempat tidur itu.

Om Icar memakai tempat tidur mahal tapi model kuno yang terbuat dari besi lengkap dengan tiang-tiang penyangga kelambunya. Di situ pantat Sindy disandarkan di pagar bawah tempat tidur yang tingginya pas menyangga pantatnya, sedang kedua tangannya diatur Om Icar melingkar di sepanjang besi melintang di antara dua tiang kelambu bagian kaki tempat tidur yang tingginya setinggi punggung, sedemikian rupa sehingga tubuhnya tersandar menggelantung di besi melintang itu hampir pada masing-masing ketiak Sindy.

Suatu posisi yang unik untuk bersanggama dalam gaya berdiri karena setelah itu Om Icar mengambil dua ikat pinggang terbuat dari kain, lalu mengikat masing-masing lengan Sindy pada besi melintang itu. Sindy menurut saja memandangi geli sambil menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan Om Icar. Berikutnya barulah Om Icar mulai merangsang dengan menciumi dan menggerayangi sekujur tubuh Sindy dari mulai atas hingga ke bawah.

Berawal mengerjai kedua susu Sindy dengan remasan dan kecap mulutnya dan kemudian berakhir mengkonsentrasikan permainan mulut itu di selangkangannya, membuat Sindy yang semula setengah hati mulai naik terangsang. Malah terasa cepat karena posisi kedua tangannya tidak bisa ikut membalas ini menimbulkan daya rangsang yang luar biasa. Apalagi ketika mulut Om Icar mulai memberi rasa geli-geli enak di vagina yang tidak bisa ditolak kepalanya kalau geli terlalu menyengat.

Begitu tengah sedang asyik-asyiknya permainan pembukaan ini, di teras depan Asmi terdengar mengalunkan suaranya berduet mengiringi Hari dalam permainan gitarnya. Konyol memang buat Asmi, sahabat yang sedang ditunggu-tunggu untuk janji pergi bersama, ternyata sudah sejak tadi ada di dalam kamar rumahnya sendiri, sedang meliuk-liuk keenakan saat vaginanya dikerjai mulut ayahnya, malah sudah tidak tahan rangsangan gelinya yang menuntut untuk lebih terpuaskan lewat garukan mantap kontol ayah Asmi sendiri.

“Ayyohh Om.. janggan lama-lama.. masukkin dulu Om punnyaa..” bahkan rintih Sindy sudah meminta Om Icar segera mulai bersenggama. Om Icar tidak menunggu lebih lama. Dia segera bangun dan membawa kontolnya yang setengah menegang menempel di celah vagina Sindy. Membasahi dulu dengan ludahnya, menggosok-gosokan ujung kepala bulatnya di klitoris Sindy agar menjadi lebih kencang lagi, baru setelah itu mulai diusahakan masuk ke dalam lubang vagina di depannya.

Sindy menyambut seolah tidak sabaran, menjinjitkan kakinya untuk mengangkangkan pahanya selebar yang bisa dilakukannya tanpa bisa membantu dengan tangannya. Dia terpaksa menunggu Om Icar bekerja sendiri menguakkan bibir vagina dengan jari-jarinya agar bisa menyesapkan kepala kontolnya terjepit lebih dahulu, baru kemudian ditekan membor masuk.

Meningkat kemudian lagu-lagu cinta Asmi yang berduet dengan Hari mengalun romantis, ini senada dengan Sindy yang saat itu juga sedang merintih lirih, mengalunkan tembang nikmat ketika vaginanya mulai disodok dan digesek ke luar masuk kontol tegang Om Icar.

“Ngghh.. OOmm.. Sssh.. hhshh.. ngghdduuh.. sshsmm.. hdduhh Omm.. ennakk.. sshhh.. mmmh.. heehhs.. adduhh..” mengaduh-aduh rintih suaranya tapi bukan kesakitan melainkan sedang larut dalam nikmat. Cerita Seks Terbaru Ngentot ABG Magang Yang Genit

Kalau tadi Sindy masih setengah hati untuk melayani nafsu Om Icar, sekarang dia juga ikut merasa keenakan, karena bermain dalam variasi posisi berdiri ini terasa santai dan mengasyikan sekali baginya. Tidak repot menahan tubuhnya tetap berdiri karena bisa menggelantung dengan kedua lengannya, sambil menerima tambahan enak tangan Om Icar yang meremas-remas kedua susunya, memilin-milin geli putingnya, dia juga bisa ikut mengimbangi sodokan kontol ini dengan kocokan vaginanya.

Malah tidak berlama-lama lagi, ketika Om Icar sudah serius tegang akan tiba dipuncaknya Sindy pun mengisyaratkan tiba secara bersamaan. “Aduuhh.. Omm.. ayoo.. sshh.. duh Sindy mau keluarr.. sssh.. hhgh.. OOmm..” desah Sindy tertahan. “Aduhhssh.. Iya ayoo Sin.. Om juga sama-samaa.. aahghh..” segera mengejang Sindy menyentak-nyentak ketika orgasme diikuti Om Icar tiba di ejakulasinya.

Permainan pun usai dengan kepuasan sebagaimana biasa yang didapati keduanya setiap mengakhiri jumpa cinta mereka. - Koleksi cerita sex, cerita dewasa terbaru, cerita ngentot, cerita mesum, cerita panas, cerita horny, cerita hot 2016

from Kumpulan Cerita Sex Dewasa, Tante Bispak Ngentot, ABG Ngeseks

Cerita Dewasa Terbaru Sensasi Ngesex Rame-Rame

Cerita Dewasa Terbaru Sensasi Ngesex Rame-Rame - Bacaan Sex sebelumnya ialah Cerita Seks Terbaru Ngentot ABG Magang Yang Genit Cerita Sex, Cerita Ngentot, Cerita Dewasa, Cerita Semi, Cerita Panas, Cerita Horny Hmm, kisah ini terjadi di tahun 1999. Usia saya boleh dibilang masih cukup muda untuk mengenal yang namanya sex. Tetapi apa mau dikata, karena sex itu enak maka saya menjadi ketagihan. Anyway, kembali ke cerita saya

Cerita Dewasa Terbaru Sensasi Ngesex Rame-Rame
ceritadewasa, cerita ngentot, cerita mesum, cerita panas, cerita seks

Bercerita Sex  -  Saya mempunyai seorang temen cewek, sebut saja namanya Ririn. Dari postur tubuhnya boleh dijamin semua laki-laki yang melihatnya pasti akan tergiur untuk mencicipinya. Ririn mempunyai tinggi kurang lebih 165 cm, 47 kg dan menggunakan bra ukuran 34B (hal itu saya ketahui ketika saya ml sama dia), dan kulitnya kuning langsat. Dengan wajah layaknya cewek kampus, dan tidak terlihat sama sekali kalau dia juga seorang pecinta sex bebas, sama seperti saya.

Beruntung saya memiliki wajah dan badan yang cukup lumayan, sehingga saya tidak mengalami kesulitan dalam mencari teman untuk melepas birahi, apalagi ditambah dengan ukuran saya yang boleh dibilang lebih dari rata-rata. Wajar saja kalau teman cewek saya rajin mengontak saya disaat mereka butuh dan begitupun juga sebaliknya.

Suatu hari, Ririn menelpon saya. Dia cerita bahwa dia punya teman kost baru, dan cakep pula. Dia juga bilang kalau temannya itu mirip artis ternama di ibukota, yang namanya sudah terkenal. Dia janji mau mengenalkan saya ke dia. Maka kemudian saya dan Ririn membuat suatu janji pertemuan di hari Sabtu.

Pada hari yang telah di janjikan, saya telah membuka sebuah kamar di daerah Juanda, dan seperti yang telah direncanakan, Ririn datang membawa seorang temannya yang bernama Lita.

“Tok.. tok.. tok..!” 3 kali saya dengar ketokan pintu, maka secara otomatis saya membukakan pintu.

Begitu pintu terbuka, terlihatlah Ririn yang sedang tersenyum kepada saya, dan di belakangnya tampak temannya yang akan dikenalkan ke saya. Dan benar saja, temannya itu menang benar mirip sekali dengan artis ibukota yang Ririn ceritakan.

“San, kenalin donk… ini loh temen aku yang aku mau kenalin ke elu.” begitu ucap Ririn sambil masuk ke kamar.
“Oh iya, aku Lita… dan elu sapa..?” sapanya ramah.
Saya sempat terdiam sewaktu Lita menjulurkan tangannya, karena saya tidak habis pikir kalau cewek ini begitu cantiknya, dan saya harus dapat mencicipinya hari ini juga.

“Hmm, nama aku A..” begitu saya sadar, langsung saya merespon dengan julurkan tangan.Hmm, kulitnya halus juga, pikir saya. Kalau dari yang saya lihat, Lita ini sedikit lebih pendek dari Ririn, tetapi dia mempunyai buah dada yang lebih besar daripada Ririn. Kira-kira tingginya 160 cm, 45 kg, dan saya rasa ukuran dadanya 34C, soalnya dadanya besar sekali.

“Eh, loe berdua jangan diem gitu donk, kasih aku minum kek..!” tiba-tiba suara Ririn memecahkan kesunyian yang ada.
“Oh iya, sori Vinn, tuh loe ambil aja deh di kulkas..!” jawab saya sekenanya.
“Gini..,” kata Ririn. “Temen aku Lita ini seorang janda anak satu, tapi loe pikir deh, umurnya baru 23 dan body-nya masih segini, ngga kecewa donk loe aku bawain yang kaya gini.” lanjut Ririn lagi.
“Ah elu bisaan aja Vin,” sahut Lita dengan tersipu, sehingga tampaklah wajahnya yang sedikit memerah.

Aduh.., ini membuat saya jadi horny saja. Tiba-tiba saja Lita menarik Ririn ke kamar mandi.

“Ikut aku bentar deh Vin..!” kata Lita.
Lalu Ririn dengan terburu buru juga ikut dan sambil bicara kepada saya, “Dah loe tiduran aja dulu di ranjang, temen aku mau bilang sesuatu kali nih ke aku.”

Tidak lama mereka keluar dari kamar mandi.

“Eh sori yach tadi sempet bikin loe kaget.” kata Lita.
“Eh, ngga apa-apa kok.” jawab saya masih bingung.
“Emangnya kenapa sih tadi..?” saya masih bingung.
“Udah deh loe ngga usah tau, urusan perempuan kok barusan, yang penting sekarang loe santai aja di ranjang loe dan ikutin permainan aku.” timpalnya lagi.
“Wah-wah-wah, permainan apa lagi nih..?” pikir saya dalam hati.

Tapi saya sudah senang sekali, apalagi saya melihat Ririn tersenyum nakal ke arah saya. Duh, saya jadi tambah horny saja deh.

“Sebelum aku kasih loe ijin, jangan sekali kali loe sentuh aku, ok..?” kata Lita.
“Ok-ok deh..,” jawab saya meskipun saya masih agak bingung dengan arah permainannya.

Tiba-tiba saja Lita langsung mendekati ke ranjang dan segera menciumi saya di bibir. Yach sudah otomatis saya akan merespon juga donk. Lidah kami saling ‘bergerilya’, sedangkan saya hanya boleh telentang saja di ranjang. Kemudian ciuman Lita turun ke leher saya, hm.. enaknya pikirku. Dijilatinnya leher saya, terus dia juga menjilati kuping saya.

Tanpa sadar saya mendesah, “Ahh, enak, San, terusin dong..!”

“Sekarang aku bukain baju loe, tapi inget..! Tangan loe tetep diam aja yach, jangan sentuh aku sebelum aku kasih ijin..!” sahutnya lagi.
“Aduh sengsara banget nih..! Masa mau ml tapi tangan aku ngga boleh megang-megang sih..!” pikir saya dalam hati.

Dengan cepet Lita membuka baju saya dan langsung dilempar. Dengan sigapnya Lita langsung bergerilya di dada saya, bagaikan seseorang yang lama tidak mendapatkan tubuh laki-laki. Digigitnya kedua puting saya.

“Ahhh, enak gigitan loe,” saya mendesah pelan.

Samar-samar saya melihat Ririn duduk di samping saya sambil memperhatikan wajah saya dan dia tersenyum.

Tanpa sadar tangan saya mencoba mencari buah dada Lita untuk saya remas-remas. Eh tanpa saya duga, tiba-tiba saja tangan saya ditepis oleh Lita dan Ririn.

“Aku kan udah bilang, kalo belum aku kasih ijin jangan sentuh aku..!” kata Lita.
“Iya, loe tuh gimana sih..?” kata Ririn, “Ikutin donk permainannnya Lita..!” lanjut Ririn.
“Yach habis gimana donk..? Namanya juga reflek..!” timpal saya sambil mendesah dan agak kecewa.

“Pokoknya loe sabar deh..!” kata Lita sambil membuka celana saya.
“Hmm.., cd model low cut dengan warna hitam nih..!” ujar Lita sambil bergumam sendiri.
“Loe tau aja kesukaan aku..!” kata Lita, “Dan loe seksi banget dengan cd warna gini, bikin aku horny juga tau..!” kalimat Lita yang terakhir sebelum dia mulai ber-’karaoke’.
“Oohh, enak, sedot lagi donk yang kuat San..!” kata saya sambil mendesah.

Kurang lebih 5 menit Lita telah ber-’karaoke’ terhadap kontol saya. Kemudian Lita dengan sigapnya melepas seluruh baju, celana dan pakaian dalamnya.

“Nah, sekarang loe baru boleh sentuh aku..!” kata Lita.

Maka karena dari tadi saya sudah menahan mau nyentuh dia tapi tidak boleh, maka kesempatan ini tidak saya sia-sia kan. Langsung saja saya rebahkan Lita di ranjang dan gantian saya ciumi bibirnya, dan Lita juga membalasya dengan tidak kalah ganasnya. Kemudian saya turuni ciuman saya ke daerah lehernya. Hmm, lehernya yang bersih itu saya ciumi dan saya jilati. Samar-samar saya mendengar Lita mulai mendesah.

Kali ini saya turun ke buah dadanya, saya menjilati dulu pinggirnya secara bergantian, dari kanan ke kiri. Tetapi saya tidak menyentuh sedikit pun putingnya Lita.

Dan Lita kemudian bicara, “Ayo donk isepin puting aku, please..!”
“Wah ini saatnya balas dendam nih..!” pikir saya dalam hati.
“Hah..? Loe minta diisepin puting loe, sabar yach sebelum aku mood, aku ngga bakal isep puting loe..!” jawab saya sambil tersenyum.

Saya lihat Ririn juga ikut tersenyum melihat temannya terkapar pasrah. Tidak lama setelah saya memainkan buah dadanya, saya turun ke memeknya. Tampaklah bulu-bulu memek Lita yang begitu halus dan dicukur rapih. Dengan sigap saya langsung menghisap memek Lita.

“Ohh.., ohh.., enakk..! Terusin donk Sayang..!” sahut Lita sambil mendesah.

Kalimat itu membuat saya tambah semangat, maka saya tambah liar untuk menghisap memeknya.

“Sayang, aku mau keluar,” lirih Lita.

Dan tiba-tiba saja cairan memek Lita keluar diiringin teriakan dari Lita yang kemudian saya telan semua cairan memek Lita.

“Duh Say, kamu kok hebat sih maenin memekku..?” tanya Lita.

Yang saya lakukan hanya tersenyum saja.

“Please donk, masukin punya kamu sekarang..!” pinta Lita dengan memelas.
“Nanti dulu, puting kamu belum aku hisap..!” jawab saya.

Maka dengan cepat langsung puting yang berwarna coklat muda itu saya hisap dengan kencanganya secara bergantian, kiri dan kanan.

“Ahhh, enakk Sayang, terusin..! Tambah kenceng donk..!” teriak Lita.

Hmm, mendengar suara cewek lagi terangsang begitu membuat saya tambah horny lagi, apalagi si ‘adik’ sudah dari tadi menunggu giliran ‘masuk’. Maka langsung saja saya memasukkan kontol saya ke memeknya.

“Shit..! Sempit banget nih memek..!” pikir saya dalam hati.

Setelah sedikit bersusah payah, akhirnya masuk juga barang saya ke memeknya.

“Gila bener San, barang loe enak dan sempit banget sih..?” jawab saya dengan napas yang mulai tidak teratur.

Dan kalimat saya dibalas dengan senyum oleh Lita yang sedang merem melek. Begitu masuk, langsung saya goyangkan. Yang ada hanya suara Lita yang terus mendesah dan teriak.

“Ahhh terus Sayang, tambah cepet donk..!”

Dan sekilas di samping saya tampak Ririn sedang meremas-remas buah dadanya sendiri.

“Sabar Vin, akan tiba giliran loe, sekarang aku beresin dulu temen loe ini..!” jawab saya sambil sambil menggoyangkan Lita.

Ririn hanya dapat menganggukan kepala, soalnya dia tahu ini bagian dalam permainan yang mereka buat, jadi Ririn juga tidak boleh ikut sedikit pun dalam permainan saya dan Lita.

Tidak lama kemudian Lita minta gantian posisi, kali ini dia mau di atas.

“Aku cepet keluar kalo di atas..!” katanya santai.

Kami pun berganti posisi. Berhubung Lita tadi sudah keluar, maka kali ini ketika kami ‘main’ memek Lita sudah becek.

“Ahh.., enakk.., barang lo berasa banget sih..!” jawab Lita sambil merem melek.

5 menit kemudian Lita teriak, “Ahh.., aku keluar lagi..!” dan dia langsung jatuh ke pelukan saya. Tetapi saya kan belum keluar, wah tidak begini caranya nih. Ya sudah akhirnya saya gantian dengan gaya dogy.

Kali ini kembali Lita menjerit, “Terusiin Sayang..!”

Tidak lama kemudian saya merasa kalau saya sudah mau keluar.

“San, mau keluarin dimana..?” tanya saya.
“Di muka aku aja.” jawabnya cepat.
Kemudian, “Croott.., crott..!” sperma saya saya keluarkan di wajah Lita.

Kemudian Lita dengan cepat membersihkan kontol saya, bahkan saya saja sampai ngilu dengan hisapannya. Tidak lama saya pun jatuh lemas di sampingnya. Dan saya tetep melihat Ririn tetap meremas dadanya dan dia pun melihat saya dengan tatapan ingin mendapat perlakuaan yang sama seperti temannya.

“Vin, ke kamar mandi dulu yuk, aku mau bersih-bersih nih..!” jawab saya sambil mengajak Ririn.

Kemudian Ririn dengan cepat menarik saya ke kamar mandi. Di kamar mandi kami saling membersihkan satu sama lain.

“Vin, aku istirahat dulu yach, aku cape banget soalnya,” timpal saya dengan suara lemas tapi penuh dengan kebahagiaan.
“Ok deh, tapi jangan lama-lama yach, aku udah ngga tahan nih..!” jawab Ririn sambil membersihkan kontol saya.

Tidak lama kemudian Lita masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, saya dan Ririn kemudian keluar dari kamar mandi. Begitu sampai di ranjang, tiba-tiba saja Ririn mencium saya dengan ganasnya. Secara otomatis pula saya membalasnya. Kemudian ciuman Ririn mulai turun ke leher saya dan dada saya. Saya hanya pasrah diperlakukan seperti itu. Dada saya diremas-remas oleh Ririn dan sapuan lidahnya mulai turun ke daerah bawah.

“Hmm.., barang loe bakal aku paksa berdiri lagi nih..!” kata Ririn dengan suara menggoda.

Kemudian tanpa diperintah Ririn segera mencium dan mengulum kontol saya dengan lahapnya seperti orang yang kelaparan.

“Ahh.. ahh.. ahh.., enak Vin..!” timpal saya.

Sekilas saya melihat Lita baru keluar dari kamar mandi dan sedang memakai bajunya.

“Loe ngga mau ikutan lagi San..?” tanya saya.
“Ngga ah, aku lemes banget, gantian loe urus temen aku aja deh, aku mau istirahat dulu,” jawabnya santai.

Kemudian saya tidak mau kalah, segera saya raih buah dada Ririn dan segera saya hisap. Saya mulai dari putingnya yang kanan, kemudian beralih ke yang kiri, saya remas-remas juga dadanya.

“Ahh, yang kenceng Sayang..!” jawab Ririn lirih.

Kurang lebih 5 menit saya memainkan dadanya, kemudian saya turun ke memeknya. Tampaklah memek Ririn ditumbuhi bulu-bulu halus yang rapih itu sudah tampak basah.

“Hmm.., udah basah loe Vin, dah ngga tahan yach..?” kata saya sambil tersenyum.

Ririn hanya menangguk saja tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Kemudian saya mendekatkan mulut saya ke depan memek Ririn, dan langsung saya hisap dan saya jilat memeknya.

“Ohh.., ohh.., teruss..! Enak..!” itulah suara yang terdengar dari mulut Ririn.

Setelah 10 menit saya memainkan memeknya, saya ingin melakukan gerakan lebih jauh. Dan dengan segera saya memasukkan kontol saya ke dalam memek Ririn.

“Hmm, pelan-pelan yach..!” jawab Ririn.

Saya hanya tersenyum dan segera mencium Ririn, dan dia pun membalasnya dengan penuh semangat.

Blesss, seluruh kontol saya kini berada di dalam memek Ririn. Dan tanpa dikomando lagi saya segera bergerak diikuti goyangan pinggul Ririn. Tanpa sadar Ririn memeluk saya begitu eratnya dan saya memperhatikan wajah Ririn yang sedang merem melek seakan-akan tidak ingin berhenti memperoleh kenikmatan.

Baca Juga : Yessi Sang Penjelajah Sex

5 menit kemudian Ririn ingin berganti posisi.

“Eh, gantian dogy yuk..!” pinta Ririn.

Ya sudah, saya turuti saja kemauan Ririn.

“Bless, bless.., bless..!” sedikit terdengar suara kontol dan memek yang sedang berlomba, karena memek Ririn sudah basah dan menurut saya Ririn tidak lama lagi akan keluar.

Dan benar saja dugaan saya, tiba-tiba saja Ririn teriak, “Ah.., ahh.., ahh.., aku keluar..!”

Kemudian Ririn langsung jatuh lemas dengan posisi telungkup, sementara kontol saya masih tertancap dalam memek Ririn. Maka saya segera menggerakkan kontol saya supaya saya juga dapat keluar. Tidak lama saya terasa bahwa saya ingin keluar. Cerita Seks Dewasa Pantat Menggoda Sales Seksi

“Keluarin di mana Vin..?” tanya saya.
“Di dalam ajalah, biar loe enak..!” jawabnya dengan suara yang terbata-bata.
Lalu, “Crott, crott..!” kontol saya segera mengeluarkan semburan spermanya.
“Ahh..!” saya bersuara dengan keras, “Enak banget..!” lanjut saya.

Kemudian saya langsung rebah di sebelah kanan Ririn, sementara Lita sedang tersenyum memperhatikan kami berdua.

“Wah-wah-wah, cape loe yach berdua..?” kata Lita.
Saya yang sudah lemas hanya dapat tersenyum dan tiduran di samping Ririn.

Setelah istirahat beberapa menit, kemudian saya dan Ririn ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah itu kami bertiga pulang ke rumah masing-masing dengan membawa kenangan indah bersama. - Koleksi cerita sex, cerita dewasa terbaru, cerita ngentot, cerita mesum, cerita panas, cerita horny, cerita hot 2016

from Kumpulan Cerita Sex Dewasa, Tante Bispak Ngentot, ABG Ngeseks
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini